Jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Ambon mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017, yakni dari 264 kasus terbagi menjadi HIV sebanyak 230 orang dan AIDS 34 orang.
"Kasus yang terjadi sepanjang tahun 2018 sedikitnya dua orang meninggal dunia," kata Kepala Dinas Kesehatan kota Ambon, Wendy Pelupessy di Ambon.
Ia mengatakan, meningkatnya jumlah kasus dikarenakan pihaknya rutin melakukan pelacakan dan pemeriksaan kepada penderita HIV/AIDS di wilayah Kota Ambon.
Kasus HIV/Aids di Kota Ambon merupakan tertinggi ke dua di Provinsi Maluku, karena pihaknya rutin melakukan pelacakan kasus sehingga ditemukan kasus lebih dini.
"Kita berupaya menemukan kasus lebih dini, sehingga lebih dini juga dilakukan pengobatan dibandingkan jumlah kasus sedikit tetapi pengobatan terlambat," katanya.
Wendy menjelaskan, pelacakan dilakukan di tempat yang berpotensi terjadinya penularan kasus, seperti karaoke, kost-kostan dan penginapan.
"Kita berupaya agar penderita tidak meningkat status dari HIV menjadi Aids, karena itu kita mendorong agar melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas yang ditunjuk yakni puskesmas Rijali, dan Karang Panjang," ujarnya.
Diakuinya, tingginya kasus HIV/AIDS di Kota Ambon terutama diakibat hubungan seksual, dengan persentase kumulatif usia lebih banyak terjadi pada usia produktif.
Proses penularannya lanjut Wendy, dari suntikan, plasenta ibu ke anak, dan perilaku seks bebas.
"Yang paling tinggi adalah perilaku seks bebas seperti homo seksual, lelaki seks lelaki lewat kontak kelamin, " tandasnya.
Ia menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di Kota Ambon, melalui sosialisasi dan pelacakan kasus.
"Hal ini membutuhkan peran seluruh pihak bukan hanya tenaga medis maupun LSM, tetapi seluruh stakeholder bersama masyarakat," katanya. (MP-5)
No comments:
Post a Comment