"Peningkatan ini terjadi karena yang diterima petani (it) mengalami peningkatan sebesar 0,94 persen, lebih tinggi dari peningkatan yang dibayar petani (ib) yang tercatat sebesar 0,16 persen," kata Kepala BPS Provinsi Maluku Dumangar Hutauruk di Ambon, Senin (2/7).
Ia menambahkan, semua subsektor mengalami kenaikan NTP dengan penymbang tertinggi subsektor perikanan (1,80 persen).
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga/penyumbang peningkatan itu yakni tanaman pangan: ketela pohon, ubi jalar, kacang hijau, tanaman hortikultura: jeruk, mangga, pepaya, pisang, jahe, kacang panjang, kangkung, terung panjang, tomat, buncis, dan bayam.
Utuk tanaman perkebunan rakyat yakni kakao, pala biji, peternakan: telur ayam buras, sapi potong, ayam buras, perikanan:ikan cakalang, ikan embung, ikan tongkol, ikan terbang, dan julung-julung dan rumput laut.
Dumangar menjelaskan, inflasi perdesaan Maluku sebesar 0,12 rangking 24 dari 33 provinsi di Selindo penyebabnya adalah kenaikan IKRT kelompok sandang 1,26 persen, transportasi dan komunikasi 0,47 persen pendidikan rekreasi dan olahraga 0,18 persen, perumahan 0,07 persen, bahan makanan 0,04 persen.
"10 komoditas yang mengalami kenaikkan harga memberikan andil terbesar terhadap inflasi perdesaan Maluku yakni ikan layang, ketela pohon, ikan kakap merah, bayam, ikan teri daging auam ras, ikan baronang, kangkung, bensin eceran dan mie instan," ujarnya.
NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.
NTP juga menunjukan daya tukar dari harga produk pertanian dengan harga barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk harga produksi.
"Semakin tinggi NTP, maka relatif semakin kuat pada tingkat kemampuan atau daya beli/daya tukar petani," tambahnya. (MP-5)
No comments:
Post a Comment