Kepala Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Ot Oral Sem Wilar dikonfirmasi di Ambon, Minggu (28/4), mengatakan, sirkulasi tertutup tersebut meningkatkan peluang pertumbuhan awan-awan hujan yang dapat mempengaruhi peningkatan kecepatan angin serta tinggi gelombang secara tiba-tiba.
Apalagi, kondisi sinoptik dengan angin umumnya bertiup dari arah Timur-Tenggara dengan kecepatan terbesar 20 knots (37 Km per jam).
Dia mengemukakan, potensi hujan lebat disertai petir berpeluang terjadi di laut Maluku dan laut Seram bagian Timur dengan adanya awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
"Tinggi gelombang mencapai 2,50 meter berpotensi terjadi di laut Banda Timur, perairan Selatan Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru dan laut Arafuru," ujar Ot.
Suhu udara minimum 26 derajat Celsius dan maksimum 32 dearajat Celckus dengan kelembaban minumum 68 persen da maksimum 90 persen.
Dia mengatakan, para nelayan telah diimbau mewaspadai gelombang tinggi tersebut dan hendaknya jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
Menurut Ot, imbauan kondisi cuaca juga disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para bupati maupun wali kota.
Bila terjadi kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan," kata dia. (MP-4)
No comments:
Post a Comment