Aksi yang diprakarsai oleh GPM Kota Tual dan melibatkan Komunitas Perempuan Bangsa Kota Tual, HMI, PMII, maupun Kohasi itu dipusatkan di lapangan Lodar El Kota Tual, Rabu malam.
"Katong (kita) sedang mengungkapkan rasa solidaritas bersama dengan korban kekerasan hingga berujung kematian pada kejadian kemarin di daerah ini, yang korbannya seorang perempuan Kei. Selain itu, juga rasa keprihatinan terhadap kondisi yang terjadi," kata Pdt. A.K. Nikiyuluw Ingratubun, yang juga ketua panitia aksi tersebut
Ia menyatakan gereja dan kaum perempuan Kei prihatin sekali terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan di daerah ini, paling akhir dengan ditemukannya MJ (16) dalam keadaan tewas pada Jumat (24/8).
MJ dilaporkan hilang oleh keluarganya pada 18 Agustus 2018, dan ditemukan tewas dalam kondisi tubuh memperlihatkan tanda-tanda penganiayaan.
"Menjadi pertanyaan utama bagi kami, mengapa ini harus terjadi di daerah ini? Padahal, daerah ini (kepulauan Kei) mengenal bahasa bahwa perempuan Kei itu bernilai," katanya.
"Oleh karena itu, kami mencoba menggiatkan dan menyadarkan kita semua di daerah ini, bahwa kami ada, kami mau bersuara bahwa perempuan itu mempunyai nilai, punya kemampuan untuk ditransaksikan sebagai daya kehidupan, dan mematikan perempuan sama saja mematikan daya di negeri ini," tandasnya.
Ia mengatakan, sebelum aksi solidaritas di Lodar El, unjuk rasa di jalan juga dilancarkan oleh mahasiswa dan komunitas perempuan terkait kasus kekerasan yang berakibat tewasnya seorang perempuan Kei pada Selasa (28/8).
"Melihat aksi kepedulian mereka itu, kami warga GPM Tenggara Raya lalu merangkul mereka semua dan menggelar aksi solidaritas bersama," kata Pdt. Nikiyuluw.
Ia menyatakan sangat disayangkan kekerasan terhadap kaum perempuan masih terjadi pada saat semua orang berbicara tentang cinta kasih dan kepedulian yang tinggi pada daerah ini (Tenggara Raya).
"Karena itu, sudah waktunya kita berbicara, dan ini merupakan giat awal. Lapangan Lodar-el dipilih sebagai pusat aksi solidaritas, karena tempat ini salah satu pusat adat di Tual.
Walaupun belum semua pihak hadir dalam aksi tersebut, kata Nikiyuluw, paling tidak kegiatan itu berupaya untuk menyadarkan semua orang akan hakekat penting kaum perempuan di Tenggara Raya.
"Kami juga mengapresiasi para penegak hukum sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, terutama perempuan, yang mau bekerja keras untuk menemukan kebenaran dari peristiwa-peristiwa kekerasan terhadap perempuan di daerah ini,"katanya.
Aksi solidaritas yang dimotori GPM Kota Tual itu diisi berbagai nyanyian bahasa Kei, pembacaan puisi, tarian Kei, aksi teaterikal mahasiswa, dan diakhiri dengan penyalaan lilin oleh seluruh peserta.
Hadir dalam aksi tersebut antara lain Ketua DPRD Kota Tual Taufik Hamud, Raja Tual Hi Chen Tamher, Kapolsek Dullah Selatan Edison Letelay, Warga GPM, Komunitas Perempuan, Organisasi Kemahasiswaan, Pelajar Tual, serta masyarakat kota Tual. (MP-3)
No comments:
Post a Comment