Rechercher dans ce blog

Friday, August 25, 2017

Terbongkar! Mantan Karyawan Ungkap Borok First Travel Ternyata Sudah Sejak 2015


Infoteratas.com - Jumilah merindukan Baitullah. Perempuan 60 tahun itu terpanggil untuk bersujud menghadap Ka'bah, mendekatkan diri pada Gusti Allah. Namun, uang pensiunan almarhum suaminya, ditambah hasil berdagang di pasar kaget, tak jua cukup untuk membiayainya umrah, apalagi naik haji.

Baginya, pergi ke Mekah naik kapal terbang adalah impian yang terlalu tinggi, bak di awang-awang.

Hingga suatu hari, ia menemukan titik terang. Obrolan dengan sesama pedagang memperkenalkannya dengan First Travel. Konon, biro perjalanan itu bisa mewujudkan mimpi umrah dengan harga murah. "Hanya" Rp 14,3 juta!


"Teman saya sesama pedagang waktu itu baru pergi umrah pakai First Travel, katanya murah, pelayanannya bagus," kata Jumilah kepada Liputan6.com.

Sejak itu, tiap Sabtu dan Minggu pagi, Jumilah kian bersemangat mendorong dua gerobaknya kayunya, bergantian, menuju lapak. Jaraknya memang tak jauh dari rumahnya di Bekasi Timur, tapi lumayan menguras tenaganya yang kian sepuh.

Dagangan berupa pakaian ia jajakan sejak pukul 07.00 hingga 10.00. "Lumayan, sekali dagang bisa menyisihkan Rp 20 ribu," kata perempuan berjilbab itu.

Dari hasil keuntungan yang dikumpulkan sejak 2014, ditambah hasil arisan dan menguras celengan, terkumpullah Rp 5 juta pada tahun 2015.

Dengan mengucap bismillah, Jumilah menyetorkannya ke First Travel, sebagai uang muka. Pelunasan baru dilakukan pada Januari 2016. "Saya senang sekali waktu dijanjikan berangkat umrah tahun 2017," kata dia.

Namun, hingga April 2017, kepastian tak kunjung didapat. Ia beberapa kali datang ke kantor First Travel, yang di Depok, Jawa Barat dan Jalan TB. Simatupang, Jakarta. Sejumlah karyawan yang menemuinya punya jawaban senada: "Sabar ya, Bu… Insya Allah, berangkat."

Tapi, tak lama kemudian, First Travel mengeluarkan pengumuman. Calon jemaah diminta membayar biaya tambahan Rp 3 juta agar bisa diberangkatkan Juni 2017.

Merasa ada harapan, Jumilah kembali menguras uang simpanannya. Total Rp 17,3 juta dibayarkan. Namun, bulan Juni berakhir, ia tak kunjung diberangkatkan ke Tanah Suci.

Senasib dengan Jumilah adalah Surmawati.

Kian sepuh, makin kuat niatnya pergi ke Tanah Suci. Meski sudah nenek-nenek, ia terus bekerja keras demi mewujudkan keinginannya itu.

Pagi hingga siang, Surmawati bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sore harinya, dia giliran mengurus kebun milik sang majikan. Dari hasil jerih payahnya itu, uang Rp 5.000 ia sisihkan setiap hari. 

Bertahun-tahun, recehan demi recehan dikumpulkan. Setelah dirasa cukup lalu disetorkan ke First Travel. 

Warga Padang itu dijanjikan pergi pada awal Juni 2017. Namun, tak jadi-jadi. Ia diminta membayar tambahan Rp 2,5 juta agar bisa umrah saat Ramadan. Lagi-lagi, janji tinggal janji.

Kini usia Surmawati sudah lebih dari 60 tahun. Di masa senjanya, ia harus mengalami patah hati dan menanggung rugi. 

Total ada 58.682 jemaah yang kini ketar-ketir menanti kepastian kapan berangkat umrah. Tak jelas juga di mana uang mereka berada. 

Perusahaan rekanan pun buntung

Di sisi lain, utang First Travel menggunung. Direktur Tindak Pidana Umum Brigadir Jenderal Pol. Herry Rudolf Nahak mengatakan, dari para jemaah yang belum diberangkatkan saja, biro perjalanan itu diduga berutang setidaknya Rp 848,7 miliar.

Belum lagi utang ke sejumlah rekanan. Ada uang tiket yang belum dibayar sebesar Rp 85 miliar, juga ke agen yang menyiapkan visa Rp 9,7 miliar.

First Travel juga berutang ke penyedia hotel di Mekah dan Madinah. 

"First Travel telah berutang hampir US$ 2 juta (sekitar Rp 25 miliar) kepada kami," kata pengusaha Mesir, Ahmed Saber Amin, kepada Liputan6.com. 

Sudah dua bulan ini ia ada di Indonesia, untuk menuntut pertanggungjawaban bos First Travel, Andika Surachman (32) dan Anniesa Desvitasari Hasibuan (31). Mereka ditangkap petugas Bareskrim Polri pada 9 Agustus 2017, disusul Siti Nuraidah Hasibuan (26) alias Kiki Hasibuan, adik Anniesa, yang merupakan direktur keuangan.

Ahmed Saber mengungkapkan kerja sama bisnisnya dengan First Travel bermula sejak 2015. Awalnya hanya soal penyediaan penginapan. Kala itu, pembayaran berlangsung lancar. 

"Pada 2016 dia ambil satu paket: hotel, jemputan bandara, airport tour guide yang disebut muntawif, dan tak ketinggalan, makanan," dia menjelaskan.

Di daftar pesanan First Travel ada sejumlah hotel berbintang 3, 4, dan 5. "Untuk VIP di Hotel Raffles dan Intercontinental Hotel di Mekah, tempat dia bawa artis Syahrini, Julia Perez (alm), dan Ria Irawan. Semua itu belum dibayar," tambah Ahmed Saber, kesal.

Pemilik perusahaan wisata 'Diar Al Manasil' di Mekah itu mengungkapkan pembayaran First Travel mulai tersendat pada 2016. Utang pun menumpuk. "Mulai Maret 2017 First Travel berhenti menyetor pembayaran sama sekali," kata dia. 

Suatu ketika, Ahmed Saber mengaku dihubungi Andika. "Kali terakhir waktu dia ditangkap, Andika bilang, 'Mr. Ahmed, tolong bebaskan saya. Nanti saya akan bayar semua utang saya. Kita selesaikan secara kekeluargaan'."

Kisruh Sudah Sejak 2015

Selain yang tak kunjung diberangkatkan, banyak jemaah juga mengaku ditelantarkan. Salah satunya adalah rombongan yang gagal diterbangkan pada Maret 2017.

Saat itu, ratusan jemaah umrah dari Jakarta, Cirebon, dan Surabaya tercecer di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Mereka kemudian diinapkan di hotel sekitar bandara. Tiga hari tak terurus ditambah kecewa berat, sebagian dari mereka jatuh sakit. 

Pihak First Travel membantah kabar telah menelantarkan jemaah. "Berita tersebut tidak benar. Yang benar, jemaah diundur keberangkatannya disebabkan oleh visa yang masih dalam proses," kata Niru Anita Sinaga, kuasa hukum, dalam jumpa pers 25 Maret 2017.

Sejatinya awan gelap telah mengepung First Travel jauh sebelum itu.

Kekacauan bahkan sudah terjadi sebelum nama Anniesa Hasibuan "berkibar" di New York Fashion Week (NYFW). Oleh sejumlah media, dia dihebohkan mencetak sejarah baru, sebagai desainer pertama yang memamerkan busana muslim di ajang bergengsi tersebut. Belakangan terungkap, itu cuma klaim kosong.

Kepada Liputan6.com, seorang mantan staf First Travel mengungkapkan, skandal ini sebenarnya sudah mulai meletik sejak Desember 2015. Namun, persoalan belum ramai diekspos media.

Kala itu, sebanyak 225 jemaah umrah sudah ramai-ramai protes. Mereka yang membayar biaya reguler Rp 26,5 juta ternyata hanya mendapat fasilitas umrah promo yang saat itu harganya dibanderol tak sampai Rp 13 juta. 

Janji menginap di hotel bintang empat dan lima pun tak ditepati. Para jemaah kaget bukan kepalang saat mendapati kondisi penginapan mereka.

"Hotelnya tak ada plang namanya. Kamar mandinya bocor. Sampai di sana, para jemaah tak bisa langsung masuk kamar, mereka berceceran di lobi," kata mantan karyawan yang minta dirahasiakan identitasnya itu.

Suatu ketika, ada seorang nenek terpisah dari rombongan. Ia tersasar. Seorang warga Arab Saudi yang menemukannya sedang kebingungan, lantas mengantar ke hotel yang namanya tertera di tanda pengenal. 

"Namun, keterangan di name tag dan hotel di mana mereka menginap tidak sesuai," kata sumber itu. 

Persoalan jadi makin kacau, karena saat itu hanya ada dua tour leader yang memandu para jemaah. Dan mereka tak bisa ngomong Arab maupun Inggris. 

"Yang paling fatal, dalam perjalanan pulang, jemaah sempat terlantar di Bandara Jeddah. Ternyata karena pesawatnya delay, dan pemandu yang tak bisa berbahasa Inggris tak mengetahuinya, meski pengumuman sudah disampaikan lewat pengeras suara." 

Para jemaah yang kecewa menuntut pengembalian selisih uang yang mereka bayarkan, dibanding dengan fasilitas yang mereka terima. Mediasi sempat dilakukan tiga kali. Namun, tak ada titik temu.

"Saat itu belum ada perhatian sebesar saat ini. Kasus tersebut seakan menguap begitu saja," sang karyawan menambahkan.

Buntut dari kejadian tersebut, pada Februari 2016, Andika dan Anniesa datang mendadak ke kantor First Travel di kawasan Kuningan, Jakarta. Seluruh staf dikumpulkan di ruang rapat.

Seorang pejabat dari divisi legal membagi-bagikan kertas. Isinya pernyataan bahwa "karyawan tidak akan menyebarluaskan rahasia kantor, dan siapa yang melanggar akan dituntut secara hukum."

Surat pernyataan itu wajib ditandatangani setiap karyawan. "Saat itu, saya sudah curiga ada yang tak beres dengan First Travel," ujar sumber itu.(Liputan6.com)


Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Terbongkar! Mantan Karyawan Ungkap Borok First Travel Ternyata Sudah Sejak 2015 : http://ift.tt/2wwYk9s

No comments:

Post a Comment

Search

Featured Post

5 Negara yang Terkenal akan Street Food Nikmat Mereka - IDN Times

Berwisata ke luar negeri tak lengkap rasanya jika tidak mencoba berbagai hal yang khas dari negara tersebut. Mulai dari tempat wisata , b...

Postingan Populer