MusliModerat.net - Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Saiful Umam mengapresiasi mereka yang memiliki niatan baik dan tulus untuk melaksanakan syariat secara menyeluruh seperti maraknya berhijab syar’i. Tetapi ia mengaku khawatir bahwa itu hanya lah tren (gaya) sesaat.
Baca Kelanjutan Lagi Nge-trend Gaya Hijab Syar’i, Tanda Masyarakat Lebih Islami? : http://ift.tt/2vX5DpZ
“Kalau niatnya baik itu patut diapresiasi tetapi saya khawatir ini hanya tren sesaat,” kata Saiful di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin (21/8).
Namun demikian, ia mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak berhenti kepada simbol-simbol luar belaka. Karena yang tidak kalah penting juga adalah bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran syariat Islam.
“Tidak berhenti di pakaian saja,” tegasnya.
Menurut dia, apa pun yang berkaitan dengan syar’i itu selalu ada kepentingan ekonomi di baliknya. Ia mencontohkan, di bisnis garmen, penerbanga, pariwisata, dan lainnya itu ada pemain lama yang menguasai.
Kemudian ada pemain baru yang juga ingin mendapatkan ekonomi tersebut. Pemain-pemain baru itu sadar bahwa kalau mereka bersaing dengan pemain-pemain lama. Karenanya, mereka akan kalah sehingga mereka bisa saja menggunakan jargon-jargon syar’i.
“Sehingga hal-hal yang sifatnya syar’i ini menjadi jargon marketing yang luar biasa,” jelasnya.
Ia mengaku sadar bahwa orang ikut tren syar’i tersebut karena mereka meyakini bahwa itu adalah bagian dari implementasi agama.
“Pada tataran pelakunya mungkin mereka sadar ingin berubah. Tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah orang-orang yang memanfaatkan itu tadi,” lanjutnya.
Oleh sebab itu, ia menilai bahwa tren syar’i tersebut bukanlah indikator bahwa Indonesia saat ini sudah lebih islami. Baginya, yang tidak kalah penting adalah beragama secara substansial seperti berlaku jujur, tidak korupsi, adil, dan lain sebagainya. Namun, hal itu masih banyak terjadi di Indonesia.
“Jangan kemudian menganggap bahwa Indonesia lebih islami dengan adanya tren seperti itu,” tukasnya. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi/NU Online)
No comments:
Post a Comment