BERITA MALUKU. Gubernur Maluku, Said Assagaff meminta semua komponen bangsa di provinsi tersebut untuk bekerja sama untuk menangkal berbagai isu negatif yang gencar dihembuskan pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk memecah belah persatuan.
"Semua pihak harus bergandengan tangan dan bekerjasama untuk menangkal berbagai isu negatif yang berdampak memecah belah persatuan bangsa dan negara," kata Gubernur saat membuka Workshop Implementasi nilai budaya kerja Kementerian Agama (Kemenag), di Ambon, Senin (19/6/2017).
Dia mengatakan, bangsa dan negara saat ini tengah terpolarisasi dengan berbagai isu yang sengaja dihembuskan untuk menimbulkan perpecahan diantara anak bangsa, termasuk isu radikalisme, terorisme serta sepak terjang organisasi ISIS.
Menurutnya, saatnya persatuan dan kesatuan bangsa terus dibangun dan digelorakan seluruh anak bangsa, termasuk mengedepankan dan menumbuhkan nilai-nilai luhur bangsa untuk menangkal berbagai upaya perpecahan.
"Saya mengingatkan seluruh komponen bangsa di Maluku untuk saatnya kembali kepada Pancasila sebagai dasar negara yang mengayomi dan melindungi semua lapisan masyarakat dari berbagai agama, etnis, ras dan suku," katanya.
Gubernur mengapresiasi workshop bertajuk "Revolusi Mental dengan Amal Agama" yang digelar Kanwil Kementerian Agama Maluku bersama Majelis Dzikir RI-1, karena berdampak mengumpulkan para tokoh agama Maluku untuk menerjemahkan perilaku dan budi pekerti yang baik dalam rangka membangun bangsa dan negara.
Dia berharap, kegiatan serupa dapat dilaksanakan hingga ke kabupaten dan kota di Maluku, bahkan menjangkau Negeri dan Desa di provinsi tersebut.
"Kondisi masyarakat di Maluku sangat majemuk dan terdiri dari berbagai agama, etnis serta kultur dan budaya berbeda. karena itu kegiatan seperti ini perlu dilakukan hingga ke level terkecil dalam struktur masyarakat di Maluku, sehingga kehidupan yang aman, tentram, rukun, religius dan damai dapat terus terpelihara," tandas Said.
Kakanwil Kemenag Maluku, Faisal Musaad, menegaskan, workshop tersebut merupakan peneguhan revolusi mental dalam memperkuat budaya kerja aparatur.
"Diharapkan dalam budaya kerjanya aparatur memiliki lima nilai yang telah diimplementasikan integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung Jawab dan keteladanan, sehingga bisa melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya," katanya.
Dalam rangka revolusi mental, Kemenang mengundang para tokoh agama dan pemuka masyarakat, untuk ikut serta pada kegiatan tersebut, sehingga diharapkan pembangunan di daerah ini dapat berjalan baik jika di dalam diri masyarakat dan aparatur pemerintah memiliki semangat integritas, gotong royong serta etos kerja yang tinggi.
"Di era media informasi bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja, membuat bangsa ini seperti rumah besar yang tanpa pintu dan jendela. Karena itu revolusi mental dan amal agama ini diharapkan dapat menjadi penetrasi untuk memfilter pengaruh budaya-budaya asing yang masuk dan dikhawatirkan membawa faham tidak sesuai dengan kondisi dan jati diri bangsa Indonesia," ujarnya.
Kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari pendidikan deradikalisasi dan pembinaan umat beragama, termasuk upaya merubah orang dengan watak yang keras menjadi lunak, lembut, plural, toleran, menjadi moderat, rahmatan lil alamin, menjadi penuh kasih sayang menurut ajaran agama masing-masing," pungkasnya.
"Semua pihak harus bergandengan tangan dan bekerjasama untuk menangkal berbagai isu negatif yang berdampak memecah belah persatuan bangsa dan negara," kata Gubernur saat membuka Workshop Implementasi nilai budaya kerja Kementerian Agama (Kemenag), di Ambon, Senin (19/6/2017).
Dia mengatakan, bangsa dan negara saat ini tengah terpolarisasi dengan berbagai isu yang sengaja dihembuskan untuk menimbulkan perpecahan diantara anak bangsa, termasuk isu radikalisme, terorisme serta sepak terjang organisasi ISIS.
Menurutnya, saatnya persatuan dan kesatuan bangsa terus dibangun dan digelorakan seluruh anak bangsa, termasuk mengedepankan dan menumbuhkan nilai-nilai luhur bangsa untuk menangkal berbagai upaya perpecahan.
"Saya mengingatkan seluruh komponen bangsa di Maluku untuk saatnya kembali kepada Pancasila sebagai dasar negara yang mengayomi dan melindungi semua lapisan masyarakat dari berbagai agama, etnis, ras dan suku," katanya.
Gubernur mengapresiasi workshop bertajuk "Revolusi Mental dengan Amal Agama" yang digelar Kanwil Kementerian Agama Maluku bersama Majelis Dzikir RI-1, karena berdampak mengumpulkan para tokoh agama Maluku untuk menerjemahkan perilaku dan budi pekerti yang baik dalam rangka membangun bangsa dan negara.
Dia berharap, kegiatan serupa dapat dilaksanakan hingga ke kabupaten dan kota di Maluku, bahkan menjangkau Negeri dan Desa di provinsi tersebut.
"Kondisi masyarakat di Maluku sangat majemuk dan terdiri dari berbagai agama, etnis serta kultur dan budaya berbeda. karena itu kegiatan seperti ini perlu dilakukan hingga ke level terkecil dalam struktur masyarakat di Maluku, sehingga kehidupan yang aman, tentram, rukun, religius dan damai dapat terus terpelihara," tandas Said.
Kakanwil Kemenag Maluku, Faisal Musaad, menegaskan, workshop tersebut merupakan peneguhan revolusi mental dalam memperkuat budaya kerja aparatur.
"Diharapkan dalam budaya kerjanya aparatur memiliki lima nilai yang telah diimplementasikan integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung Jawab dan keteladanan, sehingga bisa melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya," katanya.
Dalam rangka revolusi mental, Kemenang mengundang para tokoh agama dan pemuka masyarakat, untuk ikut serta pada kegiatan tersebut, sehingga diharapkan pembangunan di daerah ini dapat berjalan baik jika di dalam diri masyarakat dan aparatur pemerintah memiliki semangat integritas, gotong royong serta etos kerja yang tinggi.
"Di era media informasi bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja, membuat bangsa ini seperti rumah besar yang tanpa pintu dan jendela. Karena itu revolusi mental dan amal agama ini diharapkan dapat menjadi penetrasi untuk memfilter pengaruh budaya-budaya asing yang masuk dan dikhawatirkan membawa faham tidak sesuai dengan kondisi dan jati diri bangsa Indonesia," ujarnya.
Kegiatan tersebut juga menjadi bagian dari pendidikan deradikalisasi dan pembinaan umat beragama, termasuk upaya merubah orang dengan watak yang keras menjadi lunak, lembut, plural, toleran, menjadi moderat, rahmatan lil alamin, menjadi penuh kasih sayang menurut ajaran agama masing-masing," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment