"Soal tenaga guru, hampir 60 persen di sini merupakan tenaga guru reguler sedangkan untuk guru PLB sangat dibutuhkan tetapi jumlahnya masih minim," kata Kepala SMA Negeri SLB setempat, Endah Pertiwi di Ambon, Senin (3/9).
Akibat kekurangan menjadi kendala karena SMA LB ini fokus pada vokasional atau ketrampilan, sementara tenaga guru ketrampilan tidak ada dan hanya melatih guru yang ada karena kurikulum sekarang hampir sama dengan sekolah menengah kejuruan.
"Sejak dua tahun lalu kita mengajukan guru PLB dan syukurlah dari pemda melalui Dinas Pendidikan menyekolahkan penyetaraan guru yang non PLB sebanyak 30 orang," ujarnya.
Sepuluh orang diantaranya berasal dari SLB Negeri Ambon untuk mengikuti program penyetaraan di Universitas Multimedia Nusantara (MUN) selama satu tahun dan kembali mengajar di sini.
Kebutuhan tenaga guru PLB disebabkan kurikulumnya 70 persen merupakan vokasional dan 30 persennya akademis anak-anak berkebutuhan khusus itu kepada siswa jurusan tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, serta tuna autis.
Kemudian untuk tingkat SMP LB 40 persen akademis dan 60 persen vokasional, dan tingkat SD LB 30 persen vokasional dan 70 persen akademis.
Banyak ketrampilan yang diterapkan di SLB guna mempersiapkan kemandirian mereka seperti tata boga, tata busana dan menjahit, kerajinan tenun dan membatik, kecantikan, serta kerajinan tangan. (MP-2)
No comments:
Post a Comment