Kabid Pencegahan dan Kesiapan BPBD Provinsi Maluku, Jhon Hursepuny, yang dikonfirmasi dari Ambon, Selasa (27/2), mengatakan BPBD, baik Buru maupun Buru Selatan melaporkan tidak terjadi korban, baik sarana dan prasarana maupun jiwa.
"BPBD, baik Buru maupun Buru Selatan melakukan pengecekan melalui masing-masing camat di sekitar lokasi gempa dangkal pada kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut ini berada pada episentris 2,62 LS dan 126,73 BT, terletak sekitar 79 kilometer arah timur laut Pulau Buru atau 201,97 kilometer, ternyata tidak ada korban," ujarnya.
Hanya saja, masyarakat diimbau berhati-hari terhadap kemungkinan terjadi gempa susulan yang peristiwanya tidak bisa diprakirakan.
Gempa dangkal yang terletak di laut itu tidak berpotensi gelombang air pasang atau tsunami.
"Jadi BPBD, baik Buru maupun Buru Selatan tetap diingatkan agar memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait jalur evakuasi bila sewaktu-waktu terjadi gempa," kata Jhon.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa Maluku, termasuk salah satu daerah yang rawan gempa tektonik yang dapat menimbulkan kerusakan berat, termasuk tsunami.
Maluku berada pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia. Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.
Berdasarkan hasil penelitian tim peneliti BNPB bersama UNESCO, beberapa daerah di Maluku yang tergolong rawan gempa, di antaranya Seram Bagian Utara, Kabupaten Maluku Tengah, mengingat sebagian besar patahan di bawah laut berada di daerah tersebut.
Jika gempa besar melanda daerah Seram utara, diperkirakan menimbulkan gelombang pasang dengan ketinggian antara 10-15 meter, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi.
Kota Ambon dan Pulau Ambon, Pulau Haruku dan Pulau Saparua, sesuai data BNPB, tsunami dapat terjadi dengan ketinggian antara tiga hingga delapan meter. (MP-5)
No comments:
Post a Comment